Seperti halnya bullying fisik, cyberbullying juga memberikan efek yang sama bagi si korban, namun bedanya cyberbullying lebih mempengaruhi kondisi psikologis korban. Kendati begitu si pelaku maupun orang yang menjadi saksi aksi bullying ternyata juga dapat merasakan efek negatif serupa.
Untuk lebih jelasnya, simak beberapa dampak cyberbullying terhadap orang-orang yang terlibat dalam aksi tersebut.
1. Jadi Pelaku Bullying
"Bukan tidak mungkin korban bully jadi pelaku bullying juga. Misalnya dia di lingkungan rumah di-bully, akhirnya mengetahui tentang hal-hal apa saja yang bisa dijadikan sebagai bahan untuk membully, lalu di sekolah atau tempat lain jadi bully," tutur Roslina Verauli, M.Psi, psikolog yang berpraktik di RS Pondok Indah Jakarta.
Uniknya sebuah studi dari Inggris menemukan anak tengahlah yang paling sering melakukan bullying, terutama karena mereka harus berebut perhatian orang tua dengan si sulung dan si bungsu. Dan anak-anak yang melakukan bullying di rumah juga cenderung melakukan hal yang sama saat di sekolah. Anak yang terbiasa melakukan kekerasan terhadap saudara kandungnya sendiri kemungkinan besar akan membawa sifat ini saat bermain dengan teman-temannya.
2. Sakit Jantung
Keluhan kesehatan akibat bullying ada beragam, tergantung kondisi fisik dan mental si korban ketika menghadapi bullying.
Pemerhati anak Seto Mulyadi mengungkapkan trauma yang dirasakan para korban bullying bisa membuatnya jatuh sakit. "Ketakukan karena ada ancaman terus-menerus jadinya jantung terganggu atau darah tinggi," tegasnya.
Pemerhati anak Seto Mulyadi mengungkapkan trauma yang dirasakan para korban bullying bisa membuatnya jatuh sakit. "Ketakukan karena ada ancaman terus-menerus jadinya jantung terganggu atau darah tinggi," tegasnya.
3. Depresi
Dikutip dari stopbullying.gov, bullying dapat berakibat pada meningkatnya perasaan sedih dan kesendirian pada korban, termasuk perubahan pola tidur dan makan akibat sering cemas serta hilangnya minat pada kegiatan yang biasanya sering dilakukan.
Bahkan bila dibiarkan, persoalan ini akan terus terbawa hingga si korban beranjak dewasa.
Hasil riset dari Brown University mengungkapkan pelaku bullying berisiko dua kali lipat mengalami depresi, kecemasan dan gangguan pemusatan perhatian daripada si korban. Sedangkan riset lain dari University of Essex UK pun menemukan orang-orang yang terlibat dalam bullying, baik sebagai korban maupun pelaku bullying atau biasa disebut dengan 'bully-victims' berisiko enam kali lipat terserang sakit kronis saat beranjak dewasa, di samping memiliki kebiasaan merokok dan mengidap gangguan psikiatri tertentu.
4. Penurun Prestasi
Dalam stopbullying.gov juga dikatakan efek dari bullying adalah absensi anak di sekolah. Karena tindakan bullying kerap didapatkan si korban di sekolah maka mereka jadi malas sekolah dan sering membolos.
Pada akhirnya mereka tak lagi tertarik pada pelajaran, nilai akademik menurun dan tidak menutup kemungkinan untuk mengalami DO (drop out).
5. Melakukan Tindak Kriminal
stopbullying.gov juga menekankan pem-bully atau korban sama-sama berisiko melakukan tindak kriminal sebagai bentuk pelampiasan atas kekerasan sosial yang mereka alami. Biasanya terlibat dalam perkelahian, vandalisme, mengonsumsi minuman keras atau menyalahgunakan obat-obatan terlarang.
6. Perilaku Agresif
Selain cenderung melakukan tindak kriminal, baik pembully atau korban sama-sama berisiko melakukan perilaku agresif misal lebih mudah memukul dan berkelahi serta cenderung melakukan aktivitas seks di usia dini, terutama bila sejak kanak-kanak sudah rutin di-bully.
7. Bunuh Diri
Ini menunjukkan betapa ngerinya dampak bullying terhadap kondisi psikologis seseorang. Bila tak cuek, bullying dapat menyebabkan si korban jadi depresi yang pada akhirnya bisa berujung pada ketidakpuasan hidup dan munculnya inisiatif untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Pemerhati anak dari Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi sendiri mengaku pernah menangani seorang remaja yang hampir bunuh diri karena tidak tahan cibiran dan ejekan teman-temannya di sekolah.
Begitu pula dengan banyak kasus bunuh diri akibat bullying yang terjadi di Barat. Misal Amanda Todd (15) dari Kanada yang bunuh diri karena foto-foto vulgarnya tersebar di dunia maya atau Helena Farrell (15) dari Inggris hanya karena terlahir dengan rambut merah (ginger hair).
Dikutip dari stopbullying.gov, bullying dapat berakibat pada meningkatnya perasaan sedih dan kesendirian pada korban, termasuk perubahan pola tidur dan makan akibat sering cemas serta hilangnya minat pada kegiatan yang biasanya sering dilakukan.
Bahkan bila dibiarkan, persoalan ini akan terus terbawa hingga si korban beranjak dewasa.
Hasil riset dari Brown University mengungkapkan pelaku bullying berisiko dua kali lipat mengalami depresi, kecemasan dan gangguan pemusatan perhatian daripada si korban. Sedangkan riset lain dari University of Essex UK pun menemukan orang-orang yang terlibat dalam bullying, baik sebagai korban maupun pelaku bullying atau biasa disebut dengan 'bully-victims' berisiko enam kali lipat terserang sakit kronis saat beranjak dewasa, di samping memiliki kebiasaan merokok dan mengidap gangguan psikiatri tertentu.
4. Penurun Prestasi
Dalam stopbullying.gov juga dikatakan efek dari bullying adalah absensi anak di sekolah. Karena tindakan bullying kerap didapatkan si korban di sekolah maka mereka jadi malas sekolah dan sering membolos.
Pada akhirnya mereka tak lagi tertarik pada pelajaran, nilai akademik menurun dan tidak menutup kemungkinan untuk mengalami DO (drop out).
5. Melakukan Tindak Kriminal
stopbullying.gov juga menekankan pem-bully atau korban sama-sama berisiko melakukan tindak kriminal sebagai bentuk pelampiasan atas kekerasan sosial yang mereka alami. Biasanya terlibat dalam perkelahian, vandalisme, mengonsumsi minuman keras atau menyalahgunakan obat-obatan terlarang.
6. Perilaku Agresif
Selain cenderung melakukan tindak kriminal, baik pembully atau korban sama-sama berisiko melakukan perilaku agresif misal lebih mudah memukul dan berkelahi serta cenderung melakukan aktivitas seks di usia dini, terutama bila sejak kanak-kanak sudah rutin di-bully.
7. Bunuh Diri
Ini menunjukkan betapa ngerinya dampak bullying terhadap kondisi psikologis seseorang. Bila tak cuek, bullying dapat menyebabkan si korban jadi depresi yang pada akhirnya bisa berujung pada ketidakpuasan hidup dan munculnya inisiatif untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Pemerhati anak dari Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi sendiri mengaku pernah menangani seorang remaja yang hampir bunuh diri karena tidak tahan cibiran dan ejekan teman-temannya di sekolah.
Begitu pula dengan banyak kasus bunuh diri akibat bullying yang terjadi di Barat. Misal Amanda Todd (15) dari Kanada yang bunuh diri karena foto-foto vulgarnya tersebar di dunia maya atau Helena Farrell (15) dari Inggris hanya karena terlahir dengan rambut merah (ginger hair).
0 komentar:
Posting Komentar